apa nama sekolah anda

Senin, 02 Mei 2011

Tanda Hubung (-)

a.Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
  Misalnya:
  Di samping cara-cara lama itu ada ju-
  ga cara baru.
b.Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
  Misalnya:
  Kini ada cara yang baru untuk meng-
  ukur panas.
c.Tanda hubung menyambung unur-unsur kata ulang
  Misalnya:
  Anak-anak, berulang-ulang
d.Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
  Misalnya:
  p-a-n-i-t-i-a
  25-08-1989
e.Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan penghilangan bagian kelompok kata.
  Misalnya:
  Ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan (20 x 5000)
f.Tanda hubung dipakai untuk merangkai se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, ke- dengan, angka, angka dengan –an, singkata berhuruf kapital dngan imbuhan atau kata, dan nama jabatan.
  Misalnya:
  se-Indonesia, hadiah ke-3, tahun 60-an, mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X, Menteri-Sekretaris Negara.
g.Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
  Misalnya:
  di-smash, pen-tackle-an
 

Kamis, 21 April 2011

SOSIOLINGUISTIK RAGAM BAHASA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Bahasa adalah alat komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat, berupa lambang bunyi atau suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa sebagai alat komunikasi terdiri dari dua bagian, yaitu bentuk (arus ujaran) dan makna (isi). Bentuk bahasa adalah bagian bahasa yang dapat diserap oleh panca indra baik dengan mendengar atau membaca, sedangkan makna adalah isi yang terkandung dalam entuk-bentuk yang dapat mennetukan reaksi tetenu. Reaksi tersebut timbul karena kita mendengar dan membaca sebuah wacana ( Keraf, 1984:16).
Sebagai alat komunikasi setiap anggota masyarakat, bahasa mempunyai gaya pengucapan yang berbeda. Baik antara satu daerah dengan daerah lainnya, inilah yang disebut suatu proses berbahasa. Selain berfungsi sebagai alat komunikasi, bahasa juga digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi diri dengan orang lain.
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan untuk itu kami mengangkat materi ini agar mahasiswa dapat mengetahui apa itu ragam bahasa.
1.2  Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalahnya antara lain:
1.2.1                  Apa yang dimaksud dengan bahasa?
1.2.2                  Apa perbedaan antara bahasa dan dialek?
1.2.3                  Apa yang dimaksud dengan dialek sosial?
1.2.4                  Apa-apa saja ragam bahasa?


1.3  Tujuan
1.3.1                  Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bahasa.
1.3.2                  Untuk mengetahui apa perbedaan bahasa dan dialek.
1.3.3                  Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan dialek sosial.
1.3.4                  Untuk mengetahui apa-apa saja yang tergolong dalam ragam bahasa.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1  BAHASA
Pandangan muncul dari linguistik dengan tokoh Bloomfield bahwa Bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer) yang dipakai oleh anggota-anggota masyarakat untuk saling berhubungan dan berinteraksi. Orang berbahasa mengeluarkan bunyi-bunyi yang berurutan pembentuk suatu struktur tertentu. Bunyi-bunyi itu merupakan lambang, yaitu yang melambangkan makna yang bersembunyi dibalik bunyi itu. Pengertian sederetan bunyi itu melambangkan suatu makna bergantug pada kesepakatan atau konvensi anggota masyarakat pemakainya.
SL memandang bahasa sebagai tingkah laku sosial (sosial behavior) yang dipakai dalam berkomunikasi. Karena masyarakat itu terdiri dari individu-individu, masyarakat secara keseluruhan dan individu saling mempengaruhi dan saling bergantung. SL memang menitikberatkan perhatian pada segi sosial bahasa, tetapi segi individual juga tidak dilupakan. Ini berarti meskipun bahasa menjadi milik masyarakat, merupakan tingkah laku masyarakat, tentu ada subkelompokatau kelompok-kelompok kecil atau masyarakat kecil dalam masyarakat besar yang memiliki tingkah laku kebahasaan yang menunjukkan ciri tersendiri, yang berbeda dari tingkah laku masyarakat besar itu. Pada hakikatnya bahasa adalah alat komunikasi. Ini menunjukkan fungsi sosial bahasa. Fungsi sosial lain bahasa terlihat pada rumusan yang menganggap bahasa sebagai identitas penutur, baik secara individual maupun secara kelompok

2.2  PERBEDAAN BAHASA DENGAN DIALEK
Dialek adalah bahasa sekelompok masyarakat yang tinggal disuatu daerah tertentu. Perbedaan dialek di dalam sebuah bahasa maka ditentukan oleh letak geografis atau region kelompok pemakainya. Batas-batas alam seperti sungai, gunung, laut, hutan, yang membatasi dialek yang satu dengan dialek yang lain.
 Dengan kata lain ciri penting suatu dialek ialah adanya kesalingmengertian (mutual intelligible). Misalnya sebuah bahasa A mempunyai dialek A1 dan A2. Untuk dapat dikatakan dialek, pemakai A1 harus mengerti jika pemakai A2 menggunakan A2, begitu sebaliknya. Jika anda dari Tabanan (Bali) model singaraja, sementara anda dan teman anda saling mengerti dan memahami, bisa dikatakan, “bahasa” yang dipakai “dialek” dari bahasa Bali.

2.3  DIALEK SOSIAL
Sosiologi telah lama mencatat kelompok-kelompok masyarakat itu tidak hanya bisa dibedakan berdasarkan tempat tinggal, melainkan juga atas dasar kondisi sosialnya. Semua kelompok sosial itu mempunyai potensi untuk mempuyai “bahasa” dengan ciri-ciri tertentu yang membedakan dari kelompok lain. Jika potensi itu benar-benar menjadi kenyataan, “bahasa” kelompok itu menjadi “dialek” sosial atau sosial dialect disingkat menjadi sosiolect, didindonesiakan menjadi sosiolek, atau sekurang-kurangnya setiap kelompok mempunyai “variasi” bahasa sendiri.

2.4  RAGAM BAKU
Istilah baku (standar) mengacu kepada tolak ukur yang berlaku untuk kuantitas dan kualitas dan yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan. Dalam hal bahasa, ragam baku mengacu kepada ragam bahasa bermutu, yang oleh pemakainya dihargai lebih tinggi dibandingkan dengan ragam-ragam yang lain yang ada dalam bahasa itu.
Ragam baku secara linguistik atau secara kebahasaan adalah dialek juga, baik dialek regional ataupun dialek sosial. Ragam itu menjadi baku karena prestise sosial (social prestige) tertentu. Secara linguistik, semua bahasa atau semua dialek adalah sama: sama-sama terdiri dari bunyi-bunyi yang bersistem, yang dihasilkan oleh organ-organ tutur (organ of speech). Kemudian, karena faktor sosial yang ada di luar bahasa itu, dialek itu menjadi ragam baku.
Faktor penentu ragam baku pada BI saat ini adalah dipakainya ragam atau variasi bahasa dikalangan terdidik atau ilmuwan. Golongan ilmuwan biasanya menggunakan ragam baku dengan cermat. Di samping itu golongan ini dianggap oleh masyarakat kebanyakan sebagai golongan yang terdiri dari orang-orang yang berpengetahuan, tahu mana yang tidak baik, lebih dari orang kebanyakan.


2.4.1        Variasi dalam Ragam baku
Ragam baku dapat kita bedakan antara baku lisan (RBL) dan baku tulis (RBT). Dapat dipahami, RBT lebih mudah diidentifikasi karena relatif lebih stabil dari pada RBL. RBL lebih kurang stabil karena lafal itu seolah “berayun”, sehingga kita sukar menentukan “titik” yang pasti. Ini juga menyarankan, ada variasi lain dalam RBL. Berikut ini akan diberikan beberapa contoh.
Kata-kata logika, logis, sosiologi adalah baku dalam RBT. Dalam lafal RBL yang tampak baku adalah [lokhika], [lokhis], [sosiolokhi], sedangkan lafal [logika], [logis], [sosiologi] dianggap kurang baku. Dalam RBT kata bank adalah baku, sementara dalam RBL yang baku adalah lafal bang.

2.4.2        Ragam Baku dan Ragam Umum
Masyarakat umum yang awan terhadap seluk beluk bahasa jelas tidak tahu banyak tentang bahasa atau ragam baku, tidak tahu banyak tentang ragam baku. Apalagi kalau menyangkut RBT, sementara banyak anggota masyarakat yang tidak banyak membaca bahkan banyak yang buta huruf. Mereka seolah berjalan sendiri menurut iramanya sendiri.
Kaidah mereka berbeda dengan kaidah yang ditentukan oleh yang mempunyai wewenang (otoritas) untuk menentukan mana  bentuk yang baku dan mana yang tidak baku. Semua ini menyebabkan yang sudah umum dan bisa dipakai oleh masyarakat luas dapat tidak dianggap baku oleh yang mempunyai otoritas, sebaliknya yang ditentukan baku jarang digunakan oleh masyarakat. Misalnya bentuk-bentuk yang dibakukan ialah sistem dan analisis, tetapi yang umum dipakai ialah sistem dan analisa.

2.4.3        Ragam Baku dan Nonbaku
Ragam baku mempunyai ketentuan sendiri dalam hal lafal, meskipun sudah kita ketahui, lafal belum secara tuntas diatur. Dalam bahasa Inggris ada kamus yang didasarkan atas lafal yang baku. Kita di Indonesia mempunyai Kamus Besar Bahasa Indonesia yang memuat kata-kata baku, tetapi dalam hal lafal, hanya penggunan e sajalah yang dipastikan,dan itu pun hanya terbatas pada kata-kata yang penulisannya serupa, misalnya teras dan teras. Ucapan akan adalah baku sedangkan aken tidak.




2.4.4        Ciri-ciri ragam baku
a.       Ragam baku berasal dari dialek. Itu berarti, jumlah penutur asli (native speaker) bahasa baku lebih sedikit dibandingkan dengan keselurhan penutur bahasa.
b.      Ragam baku merupakan ragam yang biasanya diajarkankepada orang lain yang bukan penutur asli bahasa tersebut.
c.       Ragam baku mampu memberi jaminan kepada pemakainya bahwa ujaran yang dipakai kelak dapat dipahami oleh masyarakat luas, lebih luas dari pada jika dia memakai dialek regional.
d.      Sepanjang ragam baku disangkutkan atau menyangkut ragam baku dalam bahasa nasional atau bahasa resmi, ragam itu mempunyai ciri, biasanya ragam itu dipakai oleh kalangan terpelajar, kalangan cendikiawan dan ilmuwan, paling tidak dalam karya tulis ilmiah.
e.       Ragam baku mempunyai bentuk-bentuk kebahasaan tertentu yeng membedakannya dengan ragam-ragam lisan.

2.5  DIGLOSIA dan RAGAM BAKU
Di dalam sebuah bahasa itu hanya ada sebuah ragam baku, ditemukan ada situasi yang unik dalam bebarapa bahasa, yaitu dalam sebuah bahasa ditemukan ada dua ragam baku yang sama-sama diakui dan dihormati. Hanya saja fungsi dan pemakaiannya berbeda. Situasi yang demikian itu disebut diglosia. Istilah ini pertama kali dimunculkan oleh Marcais (fasold, 1984) dan menjadi terkenal karena dipakai oleh Ferguson (1959) ketika ia berbicara tentang bahasa arab. Dia melihat adanya ragam bahasa Arab dalam Al-Qur’an yang berbeda bentuk dan fungsinya dengan ragam sehari-hari yang dipakai dalam percakapan. Jadi diglosia (menurut Ferguson) adalah sejenis pembakuan bahasa yang khusus di mana   dua ragam bahasa berbeda berdampingan di dalam kseluruhan masyarakat bahasa, dan di mana masing-masing ragam bahasa itu diberi fungsi sosial tertentu.
Ciri situasi diglosia yang paling penting adalah pengkhususan fungsi masing-masing ragam bahasa. Ragam bahasa tinggi khusus digunakan dalam khutbah, surat-surat resmi pidato-pidato politik, kuliah siaran berita, tajuk rencana dalam surat kabar dan pada penulisan puisi bermutu tinggi.


BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah
1.      Bahasa adalah alat komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat, berupa lambang bunyi atau suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
2.      Dialek adalah bahasa sekelompok masyarakat yang tinggal disuatu daerah tertentu.
3.      Ciri-ciri ragam baku
a.       Ragam baku berasal dari dialek. Itu berarti, jumlah penutur asli (native speaker) bahasa baku lebih sedikit dibandingkan dengan keselurhan penutur bahasa.
b.      Ragam baku merupakan ragam yang biasanya diajarkankepada orang lain yang bukan penutur asli bahasa tersebut.
c.       Ragam baku mampu memberi jaminan kepada pemakainya bahwa ujaran yang dipakai kelak dapat dipahami oleh masyarakat luas, lebih luas dari pada jika dia memakai dialek regional.
d.      Sepanjang ragam baku disangkutkan atau menyangkut ragam baku dalam bahasa nasional atau bahasa resmi, ragam itu mempunyai ciri, biasanya ragam itu dipakai oleh kalangan terpelajar, kalangan cendikiawan dan ilmuwan, paling tidak dalam karya tulis ilmiah.
e.       Ragam baku mempunyai bentuk-bentuk kebahasaan tertentu yeng membedakannya dengan ragam-ragam lisan.
3.2  SARAN
Seperti yang telah diuraikan diatas bahasa dan ragam bahasa merupakan salah satu materi yang sangat penting dan hendaknya kita sebagai mahasiswa dapat mempelajari materi ini dengan baik agar Bahasa Indonesia itu dapat digunakan dengan baik sebagai alat untuk berkomunikasi.

Selasa, 19 April 2011

contoh laporan PKL


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta pembentukan bangsa yang bermartabat dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi perserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, tidak terlepas dari suatu proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, guru merupakan salah satu kunci kesuksesan seorang siswa. Peranan guru dalam memberikan pembelajaran sangat menentukan kualitas akhir siswa itu sendiri. Dengan pembelajaran yang baik, pada hakikatnya guru tersebut telah memberikan hal yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup siswa itu kelak.
Untuk menjadi seorang guru yang profesional, seseorang haruslah melewati jenjang/ tahapan pendidikan sangat panjang. Salah satunya mengikuti Praktek kerja Lapangan (PKL). PKL merupakan suatu ajang latihan bagi seorang mahasiswa yang ingin menjadi seorang guru untuk mendedikasikan segala ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dimilikinya dalam proses pembelajaran di sekolah-sekolah tempat mereka mengabdi. Praktek kerja Lapangan (PKL) ini juga diharapkan mampu menjadikan seorang pendidik yang profesonal dan memiliki integritas serta kapabilitas yang tinggi.
PKL yang di laksanakan penulis meliputi dua bagian pendidikan. Pertama PKL di laksanakan di Pendidikan Non Formal (PNF) selama kurang lebih satu bulan. Pendidikan  non formal ini berbasis masyarakat yang bersifat nonprofit adalah pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM). Ini merupakan wadah untuk berbagai keinginan pembekalan masyarakat yang di arahkan pada pemberdayaan dan potensi untuk menggerakan pembangunan di bidang social, ekonomi, dan budaya.
Setelah itu di lanjutkan pada Pendidikan Formal selama kurang lebih tiga bulan. Di mana pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya.
Melalui PKL ini , mahasiswa dirancang agar lebih terlatih  kemampuannya dalam mengajar. Selanjutnya mereka di wajibkan membuat laporan PKl. Hal ini  bertujuan untuk melihat sejauh mana mahasiswa yang bersangkutan menguasai dunia kerja kelak. karena ketika mahasiswa  kembali kemasyarakat, mereka harus benar-benar telah siap bersaing serta dituntut untuk profesional di dunia kerja.

1.2  Tujuan PKL

Praktek kerja lapangan merupakan salah satu syarat wajib yang di laksanakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikan strata 1 (S1) fakultas keguruan ilmu dan pendidikan. Secara spesifik tujuan yang ingin di capai dalam melaksanakan PKL ini adalah:
         Menerapkan ilmu pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang di dapat saat duduk di bangku perkuliahan.
         Melatih siswa menjadi figure professional.
         Melatih dan mengasa mahasiswa dalam melaksanakan tugas keguruan, baik itu kegiatan mengajar dengan non mengajar, seperti kegiatan pengajaran, kegiatan administrasi sekolah, kegiatan perpustakaan, kegiatan bimbingan konseling, dan ekstrakulikuler.
       Melatih mahasiswa calon guru agar memiliki pengalaman kegiatan kependidikan secara faktual sehingga akan terbentuk tenaga kependidikan yang profesional, yaitu tenaga kependidikan yang memiliki seperangkat pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang diperlukan bagi profesinya sebagai guru, serta mampu menerapkan/memperagakan kinerja dalam situasi nyata, baik dalam kegiatan pembelajaran maupun tugas-tugas keguruan lainnya
       Untuk memenuhi kewajiban yang di berikan sebagai laporan mengenai pelaksanaan tugas selama PKL berlangsung.


BAB II
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
2.1  Pendidikan Non-Formal
2.1.1        Tempat Pelaksanaan Pendidikan Non-Formal
Kegiatan ini beralamat  di Jl. Batam No. 57 Kel. Lb. Bandung Kec. Jelutung   Kota Jambi sesuai  jadwal yang ditetapkan oleh universitas Batanghari jambi, yang memiliki nama  PKBM SAS MELATI Kota Jambi.
2.1.2        Waktu Dan Jadwal Pendidikan Non-Formal
Kegitan ini berlangsung selama 1 bulan yang di mulai dari tanggal 14 agustus 2010 s/d 12 September 2010. Adapun jadwal pelaksanaannya (lihat lampiran  ).
2.1.3        Deskripsi Singkat Tempat Pelaksanaan Pendidikan Non-Formal
·          Sejarah
PKBM Sas Melati diawali dari perkumpulan masyrakat sulit air sepakat atau SAS yang berasal dari Sumatra Barat yang berada di Jambi yang menempati gedung di Lorong Tukang Jahit Kecamatan Jelutung Kota Jambi. Pada tahun 1997 datang tamu dari Jakarta yang bernama Dr. Sihombing selaku Direktur pendidikan luar sekolah Departemen Pendidikan Nasional mengadakan sosialisasi tentang pendidikan luar sekolah yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jambi yang diwakili oleh Bapak Drs. Rahmat Derita beserta pemilik PLS Kecamatan Jelutung Bapak Jufrinal, SPDi. Dari situlah cikal bakal berdirinya PKBM SAS MELATI.
       Tenaga pengajar

No
NAMA TUTOR
BIDANG
1
Drs. H Husein
Pendidikan
2
Husnaeni
Pendidikan
3
Maslya
Ekonomi
4
Agus Salim M.Pd.I
Pendidikan
5
M. Husin AB, SE
Manajemen Keuangan dan SDM

         PROGRAM PKBM SAS MELATI
I. PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)
II. Program Pemberantasan Buta Aksara
III. Program Kependidikan Kesetaraan(Paket A, B dan  C)
IV. Program Pendidikan Kecakapan Hidup Lifeskills(kursus kegiatan usaha bersama)
2.1.4        Masalah dan hambatan
          Masalah ataupun hambatan yang di hadapi berkaitan dengan :
1. Waktu Belajar
2. Minat Kehadiran  Pelajar
2.1.5        Solusi
          Solusi yang di ambil dalam menghadapi masalah ataupun hambatan tersebut yaitu dengan cara :
1. waktu belajar
Pelajar memiliki  kesibukan masing-masing setiap harinya dalam menjalankan aktivitasnya.mereka pada umumnya bekerja pada pagi higga sore hari. solusi yang kami ambil untuk menyelesaikan masalah ini yaitu dngan cara berdiskusi dengan mereka masalah waktu yang tepat  agar kami bisa melaksanakan proses belajar mengajar.jadi dari diskusi itu kami mendapat keputusan tentang waktu yang sesuai dengan kami.
waktu itu jatuh pada hari minggu pukul 10.00 wib.di pukul demikian lah mereka mempunyai waktu senggang.

2. Minat kehadiran pelajar
Minat kehadiran  belajar sangat di perlukan untuk meraih kesuksesan. jadi bila minat dari pelajar rendah maka kesuksessan pun sulit untuk di raih. solusi yang telah kami ambil utuk memecahkan masalah ini yaitu dengan cara mengirimkan pesan singkat yang berisi motivasi mereka untuk hadir.
2.1.6        Manfaat
          Kegiatan ini sangat lah bermanfaat bagi kami sebagai generasi muda yang bergelut dibidang pendidikan.dimana penulis bisa :
1. memahami pendidikan non formal
2. mengetahui ruang lingkup pendidikan non formal
3. memahami cara dan sistem pembelajaran di pendidikan non formal
4. bergaul dengan masyarakat dalam bidang industri rumah tangga
2.1.7        Kesan – kesan
          Dalam menjalankan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini, penulis memiliki kesan yang tak terlupakan. Hal tersebut terjadi ketika penulis beserta yang lain mengikuti acara buka bersama. Penulis bertemu dengan orang-orang dinas dan seluruh keluarga besar SAS MELATI. Selama acara ini berlangsung penulis merasa seperti berada di tengah-tengah keluarga sendiri. Dengan kata lain penulis tidak merasa canggung berada di sekitar mereka.







2.2  Praktek mengajar
2.2.1 Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
Kegiatan ini beralamat  di Jl.   Pendidikan no.66 Hal ini sesuai  jadwal yang ditetapkan oleh universitas Batanghari jambi, yang memiliki nama  SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI  24 KOTA JAMBI.
2.2.2 Waktu dan Jadwal Praktek Kerja Lapangan
Kegitan ini berlangsung selama kurang lebih 3 bulan yang di mulai dari tanggal 20 September 2010 s/d 20 Desember 2010. Adapun jadwal Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan sesuai waktu yang di tentukan dari sekolah yang bersangkutan(lihat lampiran)
2.2.3 Deskripsi singkat Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
·      Sejarah berdirinya Sekolah
Sekolah Menengah pertama Negeri (SMPN) 15 Kota Jambi didirikan  dengan no statistik sekolah 201106007024 pada tahun 2002 dendan nilai akreditasi sekolah B
Dari Tahun 2002 sampai dengan sekarang telah terjadi 3 kali pergantian kepala sekolah yaitu:
No
Nama
Masa jabatan
1.                              1
Drs.Runggu Napitu
2002 - 2006
2
Zaida wati S.Pd
2006 - 2007
3
Drs. Arzal,M.Pd.I
2007 - Sekarang


·      Letak Geografis SMP N 15 Jambi
Sekolah menengah pertama negeri 24 kota jambi termasuk dalam wilayah kecamatan Kota Baru tepatnya di jalan Pendidikan No.66 Kota Jambi. SMPN 24ambi mempunyai luas tanah 10.000 M2 dengan luas bangunan 8.20 M2